Halaman

"Memang Baik Menjadi Orang Penting, Tapi Jauh Lebih Penting Menjadi Orang Baik" (Ebet Kadarusman)

Sabtu, 12 Juni 2010

MEMBANGUN RELASI

Dalam Al Qur'an, Allah telah menetapkan nilai-nilai persaudaraan kemanusiaan dimaksudkan sebagai pedoman hubungan antar kelompok manusia di dunia. Nilai ini harus dibangun diatas landasan multikulturisme, multiagama, multibahasa, multibangsa dan pluralisme secara umum karena Al Qur'an menganggap ras, suku, budaya dan agama sebagai masalah alami dalam kehidupan. Oleh karenanya, perbedaan tadi tidak boleh dijadikan ukuran kemuliaan dan harga diri tetapi ukuran terbaik manusia adalah dari kesalehan sosialnya.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki (Adam as) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang-orang yang bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat : 13)

Persamaan adalah prinsip mutlak dalam Islam dalam membina hubungan sesama manusia tanpa perbedaan. Seperti ditegaskan Rasulullah Saw. dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik:

"Asal usul manusia adalah sama tidak ubahnya seperti gigi-gigi sisir. Keutamaan seseorang hanya terletak pada ketaqwaannya kepada Allah Swt."

Hadit di atas dengan tegas menyatakan bahwa didepan kebenaran dan hukum semua manusia harus dianggap sama dan terjamin kehormatannya, harga diri dan kebebasannya. Kelebihan seseorang hanya dilihat dari sejauh mana konsistensinya terhadap kebenaran dan hukum tersebut serta sebesar apa antusiasnya untuk berbuat kebajikan dan menjauhkan diri dari tindakan melanggar hukum, kejahatan dan kedzhaliman.

Konteks Ke-Indonesia-an

Menurut estimasi Juli 2003, penduduk Indonesia berjumlah 234.893.453 orang dan tersebar dilebih 17.000 pulau di tataran Nusantara tersebut. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multi etnik. Dprekirakan ada 931 etnik dan 731 bahasa di Indonesia. Ada etnis yang besar dan ada pula etnis yang kecil. Diantara etnis yang besar antara lain Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Minangkabau, Bali, Batak, Bugis dan Cina. Sebagai negara yang multi etnis, tidak hanya bentuk fisik melainkan juga sistem religi, hukum, budaya, arsitektur, makanan dan lain-lain yang berbeda-beda menurut etnisnya. Indonesia juga merupakan sebuah negara yang mempunyai tredisi religi yang cukup kuat. Setidaknya enam agama besar yang diakui negara menjadi dasar kekuatan religi tersebut. Keenam agama tersebut adalah Islam, Katolik, Protestan,. Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.

Indonesia ibarat sebuah taman yang ditumbuhi aneka bunga berwarna-warni. Akan tetapi, jika keragaman ini tidak dikelola dengan baik konflik akan mudah pecah. Futurolog seperti John Naisbitt dan Aflin Toffler juga memprediksikan tentang menguatnya Kesadaran Etnik (Etnic Consciousnes) di banyak negara pada abad 21 ini. Sementara itu, Samuel Huntington (1977) merupakan futurolog yang pertama kali mensinyalir bakal terjadinya perbenturan masyarakat "dimasa depan"yang akan banyak terjadi dalam bentuk perbenturan peradaban "Clash of Civilization".

Pertanyaannya adalah apakah pola hidup dalam keberagaman sudah membudaya dalam alam kesadaran orang Indonesia? Sedalam apakah pemahaman kita akan keberagaman orientasi, referensi dan tindakan-tindakan dalam pengambilan kebijakan bagi kemaslahatan bangsa kita? Apakah kesadaran etnik yang bermunculan di berbagai wilayah tanah air akan mengarah pada perbenturan bangsa kita? Masalah-masalah apa sajakah yang mudah memunculkan konflik dalam masyarakat multi etnik? Apakah metode yang dapat digunakan dalam mengatasi konflik berbasis etnik?
Makalah ini bermaksud membahas masalah-masalah tersebut, sekalipun hanya bersifat permukaan saja. Tidak ada pretensi untuk membahas dan memberi jawaban serta solusi yang tuntas. Makalah ini dimaksudkan sekedar untuk memancing diskusi dan pembahasan lebih lanjut.

Membangun Hubungan Kekuatan

Dalam masyarakat yang multi etnik, pola dan pergaulan yang etnosentrik dapat berakibat konta produktif. Bisnis yang maju pesat dan dikuasai oleh satu kelompok etnis saja sama seperti menyimpan bom waktu yang pada saat tertentu akan menimbulkan ledakan sosial.

Sosialisasi kesadaran multientik dapat dilaksanakan melalui konsep proses sosial, yaitu suatu cara berhubungan antar individu atau individu dengan kelompok yang menimbulkan hubungan tertentu. dari hubungan ini diharapkan, mereka sling mengenal, , semakin akrab, lebih mudah bergaul dan lebih percaya pada pihak lain dan akhirnya dapat bekerjasama serta saling bersinergi. Kesemua itu dapat difahami sebagai bagian dari peradaban manusia. Proses sosialisasi dapat dimulai dari interaksi sosial dengan perilaku imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati (Pidarta, 1997:147).

Interaksi akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Setiap masyarakat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan saling beradaptasi pada lingkungannya secara totalitas. Dari hasil interaksi sosial diharapkan tidak ada strata sosial antar etnik dan seharusnya ada pembentukan peradaban atau akulturasi antar etnik. Peradaban adalah jaringan kebudayaan. Biasanya setiap budaya memiliki wilayah (Cohen, 1970:64). Peradaban itu dapat dibuat melalui saling ketergantungan antar etnik . Saling ketergantungan ini dapat berupa program (kegiatan), dengan adanya kegiatan hubungan kekuatan (power relationships) semakin erat. Kegiatan tersebut dapat berupa: perdagangan, kesenian atau pendidikan.

Hubungan kekuatan dalam bentuk saling ketergantungan akan meningkatkan adaptasi antar etnik dan dapat menimbulkan peradaban baru. Peradaban itu adalah kebudayaan yang sudah lebih maju (Pidarta, 1997:158). Bila kebudayaan diartikan cara hidup yang dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat, ini berarti "kerjasama" adalah suatru kebudayaan. Mislanya, kerjasama antara etnik cina dan jawa dalam distribusi mobil dapat menciptakan hubungan kekuatan yang kokoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar